Selasa, 02 November 2010

Manusia dan Penderitaan

Pengertian Penderitaan


Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya

banyak kelebihan dibandingkan dengan mahlulc ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya clan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya

Contoh Tentang Penderitaan 

“Seandainya ada yang berkata bahwa “Saya mengenal Allah” ucapannya dapat benar, sebagaimana dapat juga berkata ” saya tidak mengenal Allah”. Walaupun yang satu menetapkan dan yang lain menampikan, namun keduanya dapat benar jika masing-masing dilihat dari sisi yang berbeda. Sperti jika ada yang bertanya “Apakah anda mengenal Abu Bakar Asshidiq? kemudian yang ditanya menjawab “Abu Bakar bukanlah seorang yang tidak dikenal, bukankah namanya begitu populer, bukankah dimimbar mesjid beliau sering disebut?” jawaban ini benar. Tetapi jika ada yang menjawab “Siapa say, sehingga dapat mengenal beliau? Tidak ada! tak ada yang dapat mengenal “shiddiq” kecuali shiddiq seperti dia atau yang melebihinya.

Bagaimana mungkin saya mengaku mengenalnya atau berharap dapat mengenalnya? Orang seperti saya hana mendengar namanya atau sifatnya. Adapun mengaku mengenalnya maka itu adalah sesuatu yang mustahil. Jawaban ini pun bisa benar.Contoh lain menurut al-Ghazali adalah,bila ada yang menyodorkan kepada seseorang yang berakal suatu artikel yang baik kemudian bertanya ” Apakah anda mengenal penulisnya?” Jawaban “Tidak” untuk pertanyaan ini dapat benar, namun bila “Ya” pun dapat benar, dalam arti bahwa yang menjawab demikian mengenal penulisnya sebagai seorang yang hidup mendengar dan melihat, berkemampuan dan berpengetahuan tentang tulis baca, walau secara pribadi ia tidak mengenalnya. Ia hanya mengenal bahwa untuk menulis artikel semacam itu dibutuhkan adanya penulis yang memiliki sifat-sfat diantara lain sebagaimana disebut di atas,karena kalau tidak mana mungkin artikel tersebut dapat terbaca. Demikian juga dengan pengenalan kepada Allah. kita hanya mengetahui kebutuhan alam raya ini kepada satu eujud yang memiliki sifat-sfat tertentu.


Pengertian Siksaan  

Tidak diragukan lagi bahwa banyak umat Islam khususnya orang-orang awam melakukan kemusyrikan sehingga masing-masing memiliki tingkatan keislaman dan keimanan tertentu. Hal itu didasarkan bahwa agama Islam telah menetapkan seseorang sebagai muslim dgn mengucapkan dua kalimat syahadat yg diucapkan dgn penuh keyakinan dan adanya ketundukan yg disertai dgn tidak adanya penentangan terhadap keduanya dgn suatu penentangan yg diperhitungkan menurut syara. Dengan demikian perlu adanya suatu ketetapan yg tegas dalam menetapkan hukuman terhadap seorang muslim mengenai batasan musyrik atau kafir yg ketika menetapkan hukum tersebut diperlukan adanya penjelasan yg gamblang dan dalil yg pasti mengingat orang yg melakukan kekufuran atau kemusyrikan itu tidak dapat ditetapkan secara pasti bahwa dia itu sebagai orang kafir atau orang musyrik jika dia masih tetap memegang keislamannya kecuali apabila telah memenuhi beberapa persyaratan dan tidak adanya hal-hal yg menghalangi utk ditetapkannya hukuman tersebut. Karena itu penetapan batasan pengafiran kepada seseorang krn melakukan kemusyrikan dipandang sangat penting sebelum diadakan pendalaman mengenai hukum-hukum yg berkaitan dgn orang-orang bodoh dan berbagai macam kemusyrikan yg dianggap samar bagi mereka.
Jika seorang muslim melakukan perbuatan syirik yg dapat membatalkan dasar ketauhidan pokok agama atau perjanjian yg bersifat umum seperti dia meyakini kelayakan melakukan ibadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada-Nya atau melakukan ibadah kepada selain Allah atau dia meyakini bahwa manfaat atau mudharat itu berasal dari kekuasaan selain kekuasaan Allah atau berkeyakinan bahwa selain Allah turut serta dalam mengatur alam ini dia dihukumi sebagai orang yg melakukan kekufuran atau kemusyrikan kepada Allah SWT secara mendasar. Karena keyakinan semacam ini telah menghilangkan salah satu persyaratan dalam pengucapan dua kalimat syahadat yaitu tidak adanya sesuatu penghalang utk ditetapkannya hukum tersebut yg dapat dipertimbangkan menurut syara’. Karena ikrar yg mengandung nilai ketauhidan itu menuntut adanya pembebasan diri secara total dari ibadah kepada selain Allah. Maka bagaimana mungkin dia dapat membebaskan dirinya dari kemusyrikan secara total sementara dia memiliki keyakinan seperti keyakinan tersebut di atas.

Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Seperti pada kesepian, ketakutan.dapat juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain:
(a) Claustrophobia dan Agoraphobia
Cloustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
(b) Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi. Hal itu disebabkan, karena ia takut akibat berada di tempat yang tinggi.
(c) kegelapan merupakan suatu .ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar