Kamis, 05 April 2012

Perilaku antar kelompok dan manajemen konflik

Nama : Melati Puji Lestari
Npm : 14210336
Kelas : 2ea18


Perilaku antar kelompok dan manajemen konflik
Pengertian konflik menurut pendapat beberapa ahli adalah :
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.




 Dampak Konflik
Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

2. Dampak Negatif Konflik
Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.

Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus orang-orang di dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian. Jika tidak, maka seorang manajer akan terjebak pada hal-hal seperti:
1. Kehilangan karyawan yang berharga dan memiliki keahlian teknis. Dapat saja mereka mengundurkan diri. Manajer harus menugaskan mereka kembali, dan contoh yang paling buruk adalah karena mungkin Manajer harus memecat mereka.
2. Menahan atau mengubah informasi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang lurus hati agar tetap dapat mencapai prestasi.
3. Keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh perseorangan atau tim karena mereka sibuk memusatkan perhatian pada orangnya, bukan pada masalahnya.
4. Kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali dimaklumi sebagai faktor “kecelakaan” atau “lupa”. Namun, dapat membuat pengeluaran yang diakibatkan tak terhitung banyaknya.
5. Sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota tim melalui gosip dan kabar burung. Segera setelah orang tidak memusatkan perhatian pada tujuan perubahan, tetapi pada masalah emosi dan pribadi, maka perhatian mereka akan terus terpusatkan ke sana.
6. Menurunkan moral, semangat, dan motivasi kerja. Seorang karyawan yang jengkel dan merasa ada yang berbuat salah kepadanya tidak lama kemudian dapat meracuni seluruh anggota tim. Bila semangat sudah berkurang, manajer akan sulit sekali mengobarkannya kembali.
7. Masalah yang berkaitan dengan stres. Ada bermacam-macam, mulai dari efisiensi yang berkurang sampai kebiasaan membolos kerja. (Stevenin,2000 : 131-132).


 . Sumber terjadinya konflik antara kelompok
Beberapa hal umum yang kita ketahui tentang munculnya konflik dalam kelompok adalah ketidak percayaan ada anggota kelompok lain, kurangnya kekuatan seorang pemimpin kelompok, atau penangkapan informasi yang salah yang dapat membuat salah paham para anggota kelompok.
Kurangnya rasa kepercayaan terhadap sesama, itu akan menimbulkan konflik antar kelompok. Kurangnyya peran seorang pemimpin dari sebuah kelompok.
Istilah konflik cenderung menimbulkan respon-respon yang bernada ketakutan atau kebencian, padahal konflik itu sendiri merupakan suatu unsur yang penting dalam pengembangan dan perubahan. Konflik dapat memberikan akibat yang merusak terhadap diri seseorang, terhadap anggota-anggota kelompok lainnya, maupun terhadap masyarakat. Sebaliknya, konflik juda dapat membangun kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok. Konflik merupakan suatu sifat dan komponen yang penting dari proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang digunakan orang untuk berkomunikasi satu sama lain..
Konflik mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konflik berbeda-beda.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibeda-bedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat.

 Konsekuensi Konflik Disfungsional Antar Kelompok
1. Perubahan dalam kelompok
- Meningkatkan kekompakan kelompok
- Timbulnya kepemimpinan otokratis dalam situasi konflik yang ekstrim dan ketika ancaman mulai terlihat cara kepemimpinan demokratis menjadi kurang populer, para pemimpin menjadi lebih otokratis.
- Fokus pada aktivitas
- Menekankan pada loyalitas

2. Perubahan di antara kelompok
- Destorsi persepsi
Persepsi dari setiap anggota kelompok menjadi terganggu, para anggota kelompok mengembangakan pendapat yang lebih kuat akan pentingnya kesatuan mereka.
- Stereotip yang negatif
Sejalan dengan meningkatnya konflik dan presepsi menjadi lebih terganggu, semua stereotip yang negatif yang pernah ada menguat kembali.
- Penurunan komunikasi
Dalam konflik komunikasi di antara kelompok biasanya terputus. Ini biasanya menjadi sangat tidak berguna, khususnya jika ada saling ketergantungan yang berurutan atau timbal balik.

 Pengelompokan konflik antara kelompok

1. Konflik Dalam Diri Seseorang
Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya.
2. Konflik Antar Individu
Konflik antar individu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan.
3. Konflik Antar Anggota Kelompok
Suatu kelompok dapat mengalami konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda.
4. Konflik Antar Kelompok
Konflik antar kelompok terjadi karena masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya masing-masing. Misalnya konflik yang mungkin terjadi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran.
5. Konflik Intra Organisasi
Konflik intra organisasi meliputi 4 sub jenis yaitu konflik vertical, horizonal, lini staf, peran konflik vertical terjadi antara manajer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas. Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang memiliki hirarki yang sama dalam organisasi.
6. Konflik Antar Organisasi
Konflik bisa juga terjadi antara organisasi karena mereka memilik ketergantungan satu sama yang lain terhadap pemasok, pelanggan, mapun distributor. Seberapa jauh konflik terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan adanya dampak negatif terhadap organisasi yang lainnya, atau mencoba mengendalikan sumber-sumber vital organisasi.

Contoh sebuah konflik:
"Konflik antara masyarakat yang kerap trjadi dikabupaten Mimika, seringkali disebut sebagai perang suku".
Selama ini intensitas konflik di Timika makin tinggi.setiap kali terjadi konflik maka aparat keamanan langsung terjun mengamankanya.Timika sering diplesetkan tiap minggu kacau.bukan timika jika tidak ada kekecauan dan konflik, bentrok ataupun kerusuhan masih segar dalam ingatan kita bahwa di Timika selalu terjadi konflik antar suku.Konflik antar PT.freeport indonesia ( PT FI) dengan warga setempat juga turut mewarnai didaerah tersebut.sebagai contoh kerusuhan yang terjadi tahun 1996 kerusuhan yang telah menelan korban jiwa pada masyrakat sipil dan korban materil yang tidak terhitung jumlahnya. saat itu, pihak perusahaan menggunakan jasa keamanan untuk menembaki, memperkosa, meneror dan mengancam warga papua.
Konflik di Timika papua akhirnya menghasilakan pemberian dana 1 persen dari pendapatan bersih PT FI pertahun untuk masyarakat amungme dan kamoro.walaupun dana 1 persen itu lebih banyak digunakan untuk kepentingan PT FI itu sendiri.
Konflik berikutnya adalah antara masyarkat denagan pemerintah.sebagi contoh kerusuhan menyikapi rencana pemerintah pusat untuk pemekaran provinsi papua tengah dan ibukota di timika.konflik ini terjadi pada tahun 2004 yang menyebabkan warga sipil tewas terkena panah.
konflik tang sering terjadi di timika juga antara masyrakat dan masyarakat.contohnya konflik saring menyerang antara suku dani dan suku damai.bahkan dalam catatan telah sepuluh kali terjadi di timika, s[erti konflik antara suku dani dan damai di Kwamki Lama dan juga konflik berlanjut di Banti dan Kimbeli di Tembagapura dekat PT FI mengeksploitasi emas, tembag dan mineral lainya.
Konflik selanjutnya adalah antara aparat keamanan sendiri.contoh kasus seperti aparat TNI menyerang pos polantas di Timika indah, dalam konflik ini sejumlah pihak mengalami kerugian yang cukup besar.
Timika sebagai daerah perusahaan merupakan magnet bagi para imigran yang datang dari luar papua untuk mencari kehidupan yang lebih layak dengan mencari pekerjaan di timika, lantaran adanya perusahaan asing yang bertaraf internasional yang kini mampu menampung karyawan sebanyak 19.000 orang.
belum lagi banyaknya karyawan disejumlah perusahaan swasta maupun pemerintahan di timika yang berdomisili warga pendatang. kondisi ini menggambarkan bahwa jumlah warga luar papua yang masuk ke timika lebih dari angka 200an/perhari.
Selain itu timika sebagai kota perusahaan dengan alasan pengamanan alat vital milik PT FI maka pemerintah pusat selalu mengirim pasukan dalam jumlah tertentu.oleh karena itu tak jarang terjadi konflik antara aparat keamanan dengan warga sipil maupun antra aparat keamanan sendiri.
faktor penyubur lainya adalah sektor pendidikan dan kesehatan yang tak berjalan dengan baik.ibaratnya jika masyarakat berpendidikan baik tidak akan mudah terpengaruh oleh rayuam provokator sehingga tidak akan mudah timbul konflik.begitupun dengan kesehatan jika warganya sehat dengan asupan gizi yang cukup maka tak ada alasan bagi masyarakat stempat untuk terlibat dalam konflik.persoalan yang selalu menimbulkan terjadinya konflik juga lantaran penjualan minuman keras yang tidak terkontrol,sejumlah pengusaha beroperasi walaupun tidak memiliki izin dari pihak pemerintah setempat.terdapat juga miras oplosan yang berbahaya bagi manusia.dala banyak kasus, miras juga menjadi penyebab konflik yang berkepanjangan di timika.namun hal ini yak pernah disikapi pemerintah daerah setempat.
untuk menekan makin tingginya konflik di timika, maka aparat keamanan sangat diharapkan untuk segera bertindak dan mengamankan para provokator agar jangan meletus lagi konflik antar suku dani dan suku damai, suka ataupun tidaksuka, percaya atau tidak institusi militer seringkali dituduh sebagai penyulut konflik berkepanjangan bukan hanya di timika tetapi diseluruh tanah papua.Contoh konflik-konflik diatas selalu terjadi di timika papua dan telah membuka peluang untuk timbul lagi konflik lama karena dalam proses penyelesaian tidak pernah tuntas.keadilan dalam penyelesaian kasus konflik bagai"panggang jauh dari bara"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar