Kamis, 29 November 2012

FENOMENA HYPERMART DI INDONESIA


1 FENOMENA HYPERMART DI INDONESIA
(Berita-Bisnis) - Januari dan Februari tahun ini bisa dibilang merupakan dua bulan tersibuk bagi armada Matahari Food Business, unit bisnis PT Matahari Putra Prima Tbk. yang mengelola gerai ritel modern Hypermart.



Bagaimana tidak. Pada tanggal 25 Januari lalu, Matahari Food Business mengoperasikan gerai baru di kawasan Gading Serpong. Selang lima hari kemudian, gerai serupa dibuka di Cimanggis Square, Depok. Dan, di medio Februari 2012, gerai Hypermart Undermall Palembang yang berlokasi di samping Palembang Square Mall itu, juga secara resmi dibuka untuk umum.

Artinya, dalam rentang waktu dua minggu lebih sedikit, Matahari Food Business mengoperasikan tiga gerai baru. Dengan demikian, sampai saat ini, ada 67 gerai Hypermart yang tersebar di seluruh Indonesia yang dikelola oleh Matahari Food Business.

Namun, jumlah itu rasanya tidak akan bertahan lama. Jauh hari sebelumnya, Matahari Putra Prima sudah berencana bakal menggenjot jumlah total gerainya hingga mencapai 80 gerai sampai lima tahun ke depan, bahkan bisa lebih.

Maklumlah, seiring meningkatnya daya beli konsumen, sulit rasanya untuk menampik harapan mendulang fulus yang lebih besar lagi dari bisnis hypermarket yang terbukti memang sangat menggiurkan.

Ambil contoh, pendapatan Hypermart tahun lalu. Sepanjang tahun 2011, total penjualan Hypermart diperkirakan telah mencapai Rp 10 triliun. Nah, berkenaan dengan kehadiran gerai-gerai barunya, maka total penjualan (running sales) Hypermart pun diproyeksikan bisa merangkak naik menjadi Rp 14 triliun sampai Rp 15 triliun pada tahun ini.
Hypermart berniat menambah gerai menjadi 80 gerai. (Foto: Ist)Dalam satu kesempatan berbicara ke media, Benjamin Mailool selaku Presiden Direktur Matahari Putra Prima pernah menyatakan bahwa penjualan Hypermart sebanyak Rp 10 triliun tadi setara dengan kontribusi sebesar 80 persen terhadap total pendapatan Matahari Putra Prima.

Jelas, besaran nominal yang tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, jumlah fulus yang sudah digenggam dan akan diincar lagi oleh unit bisnis ritel Lippo Group itu, bisa jadi mendatangkan rasa iri bagi pelaku bisnis di sektor usaha yang lain.

Tapi, tunggu dulu. Jika dibandingkan dengan apa yang berhasil diraup oleh PT Carrefour Indonesia -salah satu lini bisnis CT Corporation- pada periode yang sama, pendapatan Hypermart itu sesungguhnya masih belum apa-apa.

Selama tahun 2011, dari 81 gerai yang dimilikinya, Carrefour sukses mendulang uang tak kurang dari Rp 15 triliun. Menurut Chairul Tanjung, pemilik CT Corporation, dengan jumlah total pendapatan seperti itu, maka andil Carrefour terhadap total pendapatan CT Corporation di tahun 2011 yang tercatat sebanyak Rp 25 triliun, kurang lebih mencapai 60 persen.

Kelak, total pendapatan Carrefour dipastikan akan bertambah. Pasalnya, Carrefour -40 persen sahamnya dikuasai PT Trans Retail, anak usaha CT Corporation- sudah menyatakan tekadnya bakal membuka minimal 20 gerai baru setiap tahun, dimulai dari tahun lalu. Bila niatnya itu terwujud, dapat dipastikan aliran duit yang masuk ke kantong CT Corporation bakal semakin deras saja.

Di tengah "perlombaan" memperbanyak jumlah gerai yang dilakukan Carrefour dan Hypermart, tersebutlah Giant Hypermarket yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk. Sampai akhir September 2011 silam, pendapatan bersih Hero bertumbuh lebih dari 17 persen sehingga fulus yang berhasil diraup tak kurang dari Rp 8,95 triliun.

Namun, jangan salah. Duit sebanyak itu bukan dominasi Giant Hypermarket semata. Ada juga peran Giant Supermarket, Hero, Guardian (gerai kesehatan dan kecantikan), serta Starmart (gerai convenience store) yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Dan, sampai akhir tahun lalu, dari 533 gerai yang dioperasikan Hero, sebanyak 39 gerai adalah gerai Giant Hypermarket. Selebihnya, Hero Supermarket dan Giant Supermarket sebanyak 131 gerai, Guardian (231 gerai), dan Starmart Convenience Store sebanyak 132 gerai. 
Bisnis Giant bertumbuh cukup signifikan di tahun 2011. (Foto: Ist)Setali tiga uang dengan para pesaingnya, Hero pun berkeinginan akan menambah jumlah gerai Giant Hypermarket di masa mendatang. Jujur, tak perlu analisa mendalam untuk mengatakan bahwa rencana itu sesungguhnya tak lepas dari niatan ingin meraih pendapatan yang lebih besar lagi.

Alasan itu juga agaknya yang mendorong Metro Group ingin melebarkan sayap bisnisnya ke Indonesia dengan menghadirkan geraihypermarket Metro Cash & Carry, dalam waktu dekat. Peritel asal Jerman yang telah memiliki jaringan di 33 negara ini, jelas-jelas tergiur dengan pasar Indonesia yang dalam analisanya terbilang merupakan pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Untuk merealisasikannya, Metro Group kemudian mengandeng Sintesa Group yang pernah mengusung Continent (sebelum diakuisisi Carrefour) ke Indonesia. Kata Sinta Widjaja Kamdani, Direktur Pengelola Sintesa Group, Metro Cash & Carry akan hadir lebih dulu di Pulau Jawa pada tahap awal. Diperkirakan, gerai pertama bakal dioperasikan medio Agustus 2012. Lantas, dalam tempo tiga tahun ke depan, Metro Cash & Carry berencana akan hadir di 18 lokasi.

Kehadiran Metro Cash & Carry ini pastilah semakin menyemarakkan dinamika bisnis hypermarket yang saat ini sudah diramaikan cukup banyak pemain. Selain pebisnis yang telah disebut di atas, ada juga PT Lotte Shopping Indonesia yang mengelola 25 gerai hingga akhir Oktober tahun lalu.

Namun, hingga sekarang, Carrefour dan Hypermart-lah yang tampaknya berlomba menguasai bisnishypermarket. (BB/dbs/Christov)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar